Monday, December 22, 2008

JK-HNW: Pemimpin Ideal 2009-2014

Wacana duet Jusuf Kalla - Hidayat Nur Wahid (JK-HNW) terus menggelinding. Duet ini ditaksir sebagai pasangan alternatif selain SBY dan Megawati. Poros tengah jilid dua yang dilontarkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sebagai koalisi partai-partai Islam, akan jadi pilihan untuk melancarkan duet ini? Din mengingatkan pentingnya partai menengah dan Islam untuk berkoalisi. Tujuan pembentukannya pun normatif yakni untuk menyelesaikan masalah bangsa.

 

Akan tetapi, ide ini bisa saja kemudian dipakai bila JK-HNW akhirnya jadi terpasang. Sudah tentu mereka membutuhkan kendaraan yang lebih besar sehingga signifikan membantu dalam berkampanye maupun meraih simpati pemilih. Apalagi, bila ternyata data Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dilansir beberapa waktu silam benar terjadi. Survei LSI menunjukkan perolehan suara Golkar melorot drastis. Partai berlambang pohon beringin ini hanya menempati posisi ketiga dengan raihan 11,9 persen. Sedangkan PKS hanya mendapatkan 4,1 persen.

 

Apabila menggunakan asumsi bahwa data LSI itu terjadi maka sudah tentu pilihan membangun koalisi tengah adalah pilihan utama. Sebab, koalisi Partai Golkar-PKS baru sebatas meraih 16 persen suara. Artinya, duet ini masih membutuhkan suara parpol-parpol lain untuk mengusung duet JK-Hidayat. Sangat mungkin karena Golkar memiliki magnet kuat. Dan, sudah seharusnya, kalau mau konsisten, partai sebesar Golkar mengajukan sendiri calon presidennya.

 

Tentu saja, dibandingkan dengan Din, geliat JK-HNW akan lebih mudah dalam melakukan komunikasi politik dengan parpol. Sebab, keduanya sama-sama memiliki basis partai politik. Terlebih, hambatan berarti diprediksi tidak akan muncul.

 

Tidak hanya sekadar disebut prospektif semata, duet ini sudah tentu dapat membuat perebutan kursi kekuasaan makin seru. Pertarungan tidak lagi akan dilakoni oleh presiden incumbent, SBY, melawan mantan Presiden, Megawati. Siapa 'jagoan' yang akan lolos dalam putaran dua pun akan kian sulit ditebak. Pastinya, semua akan menunggu jawaban JK dan tentu saja Hidayat beserta PKS-nya.

5 comments:

Anonymous said...

Vote Mr.Jusuf Kalla For the next president!
I'm here to support!

Anonymous said...

mr. JK jika nanti suara golkar pada pemilu ini menurun drastis sebaiknya anda harus mawas diri.

Kader Golkar Fanatik

elfan said...

Dengan adanya hasil quick count Pemilu Legislatif 2009, dimana Partai Demokrat mengungguli Golkar, maka ada dua pilihan bagi Golkar tentang koalisinya:

1. Jika ‘mempertahankan’ koalisinya dengan Demokrat, maka sebaiknya untuk ‘mendampingi’ SBY tidak lagi bahkan tidak usah JK, biarlah JK menjadi ‘suhu’-nya Golkar saja. Untuk itu, berilah kesempatan kepada kader dan tokoh Golkar yang lain untuk menjadi ‘pendamping’ SBY, dengan catatan Golkar secara organisasi tetap sebagai pendukung koalisi ini.
2. Jika tidak ‘berkehendak’ untuk berkoalisi dengan Demokrat, sebaiknya JK dengan kepala tegak tetap maju terus menjadi CAPRES dalam Pilpres 2009, berarti JK telah memberikan teladan baik sebagai politisi maupun sebagai negarawan di Negeri kita ini. Tak perlu takut kalah, Golkar kan sudah tua mengelola negara ini.

Terima kasih.

elfan said...

Kaum muda Golkar harus berani mengajukan kader Golkar yang muda-muda, seperti Fadel Muhammad dll. bukan angkatan tuanya seperti Pak Jusuf Kalla.

Nyatanya, tidak mudah bagi para konglomerat atau pengusaha atau juragan memimpin suatu organisasi partai politik atau ormas, terbukti parpol yang dipimpin oleh para juragan, seperti Golkar, PAN dan PPP perolehan suaranya dalam Pemilu 2009 pada ANJLOK.

elfan said...

Saya lebih nyaman melihat Golkar dipimpin oleh Surya Paloh

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails